2018 : Appreciation Letter


Teruntuk 2018 yang penuh dengan kemurahan hati Tuhan dan banyaknya alasan bersyukur,

Hai 2018, kita sudah berjalan cukup jauh, walau dengan "pace" ku yang mungkin tidak seperti yang kau harapkan, tapi setidaknya jauh lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Oh ya, ternyata sudah 4 hari kita berpisah ya. Aku sudah bertemu dengan saudaramu, beda 1 angka dengan buntutmu tapi kuyakin dia tidak kalah baiknya dengan dirimu kan? Seandainya kau bisa memberi kode tentang saudaramu, coba beritau aku apakah dia sepertimu yang punya kejutan di tiap waktu? 

Masih ingat tidak dengan hari ke-14 di bulan Januari? Hari minggu pagi yang sejujurnya sudah memberi aba-aba tapi terabaikan dengan semangatku berpetualang ke tempat baru. Hari yang tak akan terlupakan mengingat setelah 13 hari pertama aku berjalan bersamamu, di hari berikutnya kau memberiku kejutan. Ya, memang bukan kau yang mengijinkannya terjadi, tapi hari itu kulewatkan dengan "menikmati" kesedihan bersamamu. Tapi ternyata hari itu jadi pengingat kalau hari-hari pun bisa berlalu kapanpun dengan cara apapun, hari itu menandai satu hari dimana aku dibiarkan merasa kesedihan yang lumayan sulit kugambarkan, ya sepertinya sudah 10 tahun berlalu tanpa kesedihan yang membuatku menangis sesedih itu. Terimakasih ya 2018, mengingatkanku kembali tentang rasa sakit yang akhirnya harus kurangkul dan kuikhlaskan. Mungkin kau merasa bersalah dan ingin bertanya apakah aku masih sedih sekarang, jawabannya tentu tidak. Sedihnya hilang tak secepat yang kubayangkan bahkan kadang sering berulang di tiap nyeri yang menyapa di akhir hari, ya walaupun dengan threshold nyeri yang lebih tinggi, akhirnya sekarang aku sudah bersahabat dengannya, ya kalau-kalau dia datang kembali tak lagi kusambut dengan kesedihan :) Karena ternyata dibalik cerita di hari itu aku jadi mengerti kemurahan hati penciptaku dan jadi lebih menghargai tiap detik kesempatan yang Ia titipkan. 

Kalau membaca ceritaku tadi kedengarannya kau adalah awal yang menyedihkan untuk disebut "tahun yang baik" buatku. Ya bulan pertama bersamamu cukup menyakitkan hahaha, bahkan sampai beberapa bulan setelahnya. Tapi seperti kataku tadi, penciptaku teramat bermurah hati padaku, seperti kata lagu, suka duka Dia pakai untuk kebaikanku. Sedih pun berangsur-angsur pergi dan ternyata digantikan dengan banyak sukacita dan alasan untukku terus bersyukur. Butuh 2 bulan untuk akhirnya memberanikan diri berpetualang lagi (2 bulan itu cepat atau lama ya? 😯) sebut saja nekat demi melawan kecemasanku, dan akhirnya ternyata semua bisa terkendali. Seperti yang kutulis di jurnal ku waktu itu "yet i will rejoice in the Lord, though some of hardships, if Habakuk could summon praise for God, perhaps I can too

Cukuplah cerita sedih tentangmu karena ternyata mengingat kesedihan pun bisa memicu timbulnya (sedikit) rasa sedih juga hahaha. Tahun ini aku banyak menantang diriku, tentunya dengan tantangan yang menarik buatku wkwkwk. Belajar untuk tidak terlalu melihat "hijaunya rumput tetangga" walaupun masih ngintip-ngintip dikit, tapi setidaknya tahun ini aku lebih mensyukuri "ceritaku", lebih sibuk menikmati perjalananku, dan ga memusingkan persepsi orang lain. Terimakasih ya 2018, kau menemaniku menghabiskan lebih banyak buku dibanding tahun-tahun sebelumnya, kamar kecil di Ende jadi tempat menghabiskan waktu dengan lagu dan buku. Dimulai dari bukunya Oprah yang super insightful, ke bukunya vonnegut dan mark manson yang cukup satir tapi sangat relate, sampai ke buku-buku random lainnya yang sangat kunikmati hahaha.


Bersamamu juga aku berkesempatan untuk berpetualang ke tempat-tempat baru di NTT, terimakasih untuk hari-hari dimana aku bisa terpukau dengan hal-hal sederhana. Terimakasih untuk indahnya sunset yang selalu menyapa di pantai, di tengah perjalanan, bahkan di belakang rumah dinas. Ga akan terlupa perjalanan subuh ke Maumere, membeku saat hiking ke Puncak Manulalu, keliling Bajawa, dan satu yang akan melekat selalu di memori perjalanan ke Waerebo yang cukup sentimental dan sampai kapanpun akan jadi tempat yang teramat berkesan buatku. Waerebo is definitely one of my 2018's highlight. Super Surreal!






Terimakasih ya 2018, untuk kesempatan mengenal banyak orang-orang berhati tulus, dimulai dari  mengenal "Ende Squad" keluarga baru ku selama di Ende, yang ga akan pernah habis-habisnya kusyukuri dan akan terus bangga menceritakannya, terimakasih untuk 17 manusia bertalenta dan berhati tulus yang menjadi penawar saat rindu rumah, yang ga pernah kusangka akan jadi orang-orang yang selalu kurindukan. Terimakasih untuk kesempatan tinggal di rumah kecil (agak) mengenaskan tapi puji Tuhan selalu dipenuhi sukacita dan lebih banyak suara tawa di tiap harinya. Terlalu banyak cerita bersama 17 manusia ini yang kayanya capek kalau kutulisin satu-satu wkwkwk, tak terlupa untuk semua saudaraku di Ende mulai dari dokter senior, perawat, bidan, om supir ambulans, om satpam, semua pegawai RS dan Puskesmas, juga buat para om ojek dan mama penjual langganan di pasar hahaha terimakasih sudah mewarnai 2018ku (eaaa), dan hingga penghujung tahun pun masih diberi kesempatan mengenal orang-orang baru untuk berbagi cerita.



Oya, terimakasih ya 2018 untuk setiap pembelajaran dari pasien-pasien yang kujumpai, ada banyak kejadian menyenangkan saat berinteraksi dengan pasien, tapi tidak sedikit juga yang berhasil membuatku kecewa dan sedih saat semua yang kuusahakan berakhir tak seperti yang kuharapkan. Ada beberapa hari di bulan april, bila kau masih mengingatnya, semua terjadi begitu cepat saat berlomba dengan ritme instalasi gawat darurat, disaat aku mungkin terlalu lelah dan tanpa kusadari telah menjadi egois kemudian terburu-buru mengambil keputusan yang pada akhirnya kusesali dan berhasil membuatku merasa gagal tapi faedahnya membuatku lebih tau diri berkaca pada kemampuanku dan membuatku lebih peka dan bersemangat untuk belajar. Pun demikian di tiap jaga malam puskesmas yang terasa seperti terkena "karma" karena ga pernah suka sama segala yang berbau Obstetri (kehamilan dan persalinan) lalu dihadapkan dengan persalinan di tiap jaga malam yang mau ga mau harus kuselesaikan dengan (sok) berani hahaha, dimulai dari persalinan yang sopan-sopan sampai yang bikin jantung mau lepas, yass, satu malam di bulan Agustus yang ga akan terlupakan dengan drama persalinan distosia (partus macet) yang puji Tuhan lagi bisa kulalui *ga akan terlupa kak estin dan kak sandri yang udah seperti guardian angel buatku :')*

Terimakasih ya 2018, untuk September yang penuh haru perpisahan pulang dari Ende tapi dipenuhi rasa cinta dari semua yang awalnya terasa asing kini menjadi saudara bagiku. Bulan ulangtahunku yang katanya September Ceria tapi di hari-hari awalnya membuatku yg melankolis jadi lebih melan lagi hahaha, ternyata bersamamu aku jadi tau rasanya sedih berpisah (halah)

Terimakasih juga untuk bonus akhir tahun kesempatan melayani jadi relawan bencana di Palu, ya walaupun cuma seminggu tapi Puji Tuhan sangat berkesan buatku. Ga akan pernah bisa mengobati hati korban yang terluka tapi setidaknya meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita mereka menjadi pengingat kalau mereka ga sendirian di tengah bencana, dan ya after all, I was the one who got inspired in so many ways from the survivors and of course the volunteers 😊


Terimakasih ya 2018, untuk 3 bulan terakhir menemaniku berjalan walau tanpa arah yang jelas berkelana di panas dan bosannya jakarta yang membuatku ga sabar untuk segera mengakhiri hari-hari disini (memang sepertinya jiwaku tercipta untuk jadi anak kampung *kurindu Flores dan ketenangannya* hahahaha) but well i cherished each moments, aku belajar menikmati tiap perjalanan sendiri di jakarta, yang agaknya pahit diikhlaskan terutama di tiap momen kegencet dan hipoksia di Busway atau KRL.



Hari ini hari keempat berjalan bersama saudaramu si 2019, everything seems okay, awal tahunku dilewati dengan cuaca cukup sendu karena hujan sepanjang hari. Petualangan lain akan segera kumulai bulan depan, doakan aku ya 2018, semoga akan lebih banyak sukacita dalam beragam bentuk yang bisa kubagikan dengan sekitarku. Semoga aku semakin menikmati tiap momen perjalananku yang kali ini tampaknya akan semakin panjang dan mungkin lebih melelahkan. Semoga rasa syukurku tetap sama dalam panas hujan "cuaca" di 2019.

Cheers,
penydamanik :)

Comments

Popular posts from this blog

Symphony Of the Tiny Cloud

my last high school day :_(

collecting the expressions