Humba Ailulu : Story From Sumba



“Kau boleh saja berencana tapi bukan satu dua kali rencanamu ternyata bukan yang terbaik. Percaya saja, Jalan panjang berliku, seperti sepi sendiri tak terlalu mengapa bila akhirnya bertemu yang kau impikan. Pun tidak demikian akhirnya, syukuri saja, setidaknya mil perjalananmu bisa menambah rasa syukur dan banyaknya keping kenangan yang tak akan mampu ditukar dengan apapun” September, 2019



Holla dear readers, if this is your first time visiting my blog, Thank You! and welcome to my random thoughts. Tulisan ini terbit setelah 7 bulan bermigrasi ke tempat baru, sebuah pulau kecil nan indah di timur Indonesia. Masih di Provinsi Nusa Tenggara Timur (tampaknya perempuan ini sulit move on dari NTT!) but now i'm currently living in Sumba Island. The little island that has been well known as one of the most beautiful island in the world. I might couldn’t describe the beauty through my limited sentences, better for you to check it and visit me in the island hahaha

The Iconic Wairinding

Lantas ngapain harus berpindah dan berpetualang lagi? Ga cukup berkelana di Flores setahun? Kenapa betah tinggal di kampung? Ngejar apa sih disana? Kenapa ga kerja dikota aja? Kenapa harus jauh jauh dari keluarga? Those were some questions i’ve been replied several times to multiple person. Too much wild thoughts and dreams living inside her brain that she couldn’t help but striving hard to transform it into reality. Is that possible? for now everything still in the small pieces, i don’t know whether this process soon will lead me to a bigger picture but i learnt a lot through the process. Kalau melihat ke belakang, agaknya lucu ketika aku masih memilih jalan yang kutempuh sekarang. Tapi percayalah, ternyata banyak hal yang kusyukuri dan kupelajari dalam proses yang katanya "merakit mimpi". Ingat betul bagaimana dulu saat di Flores, aku dan teman-teman sudah berniat penuh untuk mengunjungi Sumba yang ternyata gagal hingga hari terakhir tinggal di Flores, siapa yang menyangka kini aku sedang berkelana di tengah liarnya Sumba hehehe

Everything happens for a reason cause nothing comes as a coincidence. I trust that magic sentences. I am so grateful and forever will be for a chance of living and serving in this little Island. 2 years sounds too long, yes! That’s Long enough to stay out from your comfort zones, to live alone and to knit the dreams from far away. Terus obrolan panjang lebarku ini pasti sulit dicerna kan? pasti makin bingung ngapain aku di Sumba? hahahaha Well okay, perempuan ini tengah menikmati peran menjadi seorang dokter PTT alias pegawai tidak tetap alias dokter kontrak di satu Rumah Sakit di Sumba Timur. Kenapa random banget sih tinggal di Sumba? Ya klisenya karena sedang merakit mimpi *duileh*, kompleksnya terlalu panjang untuk ku ceritakan hahaha. Terus PTT itu ngapain aja? banyak gaesss... dalam 7 bulan hidup sebagai dokter ptt disini puji Tuhan sudah banyak pengalaman suka duka yang agaknya mustahil kutemukan saat bekerja di kota. Apa aja ceritanya? nanti ya bila waktu dan kemalasan tidak menguasai, akan kumulai bercerita tentang kisah kisah tak terlupakan selama melayani di Sumba.

Nah udahan dengan pengantar random seputar kerjaanku, kini saatnya aku memperkenalkan pulau Sumba, the pretty wild islands that is hard to be described. Tapi akan kucoba deskripsikan. Welcome to Sumba! Humba Ailulu! Welcome to Marapu Heaven! and any words that echoing once i landed in this island. Masih ingat betul hari dimana aku tiba untuk pertama kalinya di Sumba disambut dengan hujan deras sederas-derasnya. Ntah apa maksud pencipta hari itu, apa dia sedih karena membuatku jauh dari rumahku? atau apa pulau ini yang sedih menyambutku? entahlah hahaha


Potret perbukitan di Sumba yang kuambil saat akan mendarat pertama kali di Sumba :)

Tapi kali pertama mendarat di Sumba pun aku sudah terpesona dengan pemandangan bukit dan savana yang super indah yang ga pernah kutemui sebelumnya. Dulu saat berada di Flores aku sangat terpesona dengan keindahan pulau Flores, tapi saat melihat Sumba secara langsung aku baru sadar kalau semua pulau di provinsi NTT ini memang punya kecantikan yang sulit dideskripsikan. Masih ingat betul rasanya tersihir dengan pesona savana liar penuh dengan kuda-kuda sandalwood yang bermain bebas. Jaw dropping waktu pertama kali melihat savana purukambera yang mirip dengan pemandangan savana afrika yang biasanya terlihat di siaran Natgeo hahaha. Kali ini aku akan berusaha menjelaskan sedikit tentang Sumba berdasarkan pengalaman selama 7 bulan berkelana di Pulau ini. Oh ya! Untuk saat ini aku hanya akan lebih detail menceritakan Sumba Timur karena to be honest aku belum sempat main ke wilayah barat Sumba *hiks* tapi yang pasti nantinya harus dan wajib berpetualang mengexplore Sumba dari Timur ke Barat hehehe 

Overview
Sumba merupakan salah satu pulau di provinsi Nusa Tenggara Timur, Pulau ini terdiri dari 4 kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. And if you’re wondering where do i stay now? I currently stay in Waingapu, Kota terbesar di Pulau Sumba yang juga merupakan ibukota kabupaten Sumba Timur.  

Kabupaten Sumba Timur merupakan kabupaten terluas yang meliputi 60% wilayah yang ada di Pulau Sumba. Kondisi Topografi Sumba Timur dan Sumba Barat cukup berbeda, kalau di barat akan didominasi pegunungan dan bukit kapur dengan sebagian wilayah pesisirnya berada di wilayah selatan yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Sedangkan Sumba Timur secara umum datar dan daerah dengan ketinggian di atas 1000 meter hanya sedikit di wilayah perbukitan dan gunung. Sumba mengalami musim kemarau yang cukup panjang (sekitar 8 bulan) dan musim hujan yang relatif pendek. Curah hujan yang sangat sedikit membuat Sumba Timur dikenal sebagai daerah kering (literally kering kerontang kalau lagi kemarau). Oya, dulunya Pulau Sumba berada di bawah permukaan laut yang kemudian daratannya muncul didominasi oleh batu karang, pasir, dan kapur. Inilah yang juga menjadi penyebab sulitnya pertanian di Sumba Timur karena hampir keseluruhan daerah adalah batu karang.

Savana Purukambera

About People, Social, and Culture
Suku Sumba dan Suku Sabu merupakan 2 suku terbanyak yang bisa ditemui di Sumba. Suku Sumba di Timur dan Barat memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam tatanan adatnya. Sekitar 70% penduduk Sumba Timur beragama Kristen Protestan dan masih cukup banyak Suku asli yang menganut aliran kepercayaan “Marapu”. Meskipun kondisi tanah di Sumba Timur kurang subur tetapi lebih dari separuh penduduk di kabupaten Sumba Timur bekerja sebagai petani. Selain itu kebanyakan wanita dan ibu rumah tangga juga memiliki usaha kerajinan tenun ikat yang sudah diwariskan turun temurun sehingga industri rumah tangga di Sumba Timur didominasi oleh tenun ikat yang sudah cukup tersohor keindahan dan kualitasnya. 
Tenun Sumba

Sumba Timur juga dikenal sebagai pusat penangkaran dan perdagangan kuda. Kuda-kuda di Sumba dikenal dengan jenis Kuda Sandel / Sandelwood. Kuda sandel adalah jenis kuda pacu asli Indonesia yang memiliki postur lebih pendek dibanding kuda ras lainnya. Kuda-kuda ini dipakai sebagai tunggangan sehari-hari, untuk keperluan mahar adat, serta untuk diperlombakan dalam pacuan kuda. Terdapat perlombaan pacuan kuda tahunan di Sumba Timur serta festival panahan berkuda "Pasola" di Sumba Barat. 


Sahabatnya anak-anak Sumba

Adat Sumba mungkin merupakan salah satu contoh adat paling kompleks yang pernah kuketahui, suku asli Sumba masih menganut sistem Tuan dan Hamba dalam kehidupan sehari-harinya yang menurutku pribadi sungguh sangat tidak related lagi dengan masa sekarang dan ya sistem "Belis" atau Mahar yang cukup mahal dan melibatkan puluhan ternak yang sebelumnya hanya kudengar melalui cerita kini kusaksikan sendiri dan cukup tercengang melihat kehidupan yang dikontrol sepenuhnya oleh adat. Overall tiap adat pasti punya kekurangan kelebihan masing-masing, there is always the good value. Tapi kali ini aku ga mau ngomongin soal adatnya, i'll save it for the future post, kali aja nanti niat bikin tulisan khusus tentang ini hahaha.

The Pretty Wild Sumba
Kalau ngomongin tentang pemandangan alam, Sumba sudah cukup dikenal dengan keindahannya. Selama 7 bulan berpetualang di Sumba Timur, semua tempat punya keunikan dan keindahan masing-masing yang sulit untuk dibandingkan. Here i share some places around East Sumba that offers the genuine beauty without filter. (Cuma beberapa ya guys berhubung masih banyak tempat yang belum kuexplore dan semoga sempat mengexplore semuanya dalam 1,5 tahun ke depan. Nantikan ceritaku ya! haha)

1. Pantai Walakiri
Terletak di desa Watumbaka, kecamatan Pandawai, sekitar 30-40 menit dari pusat kota Waingapu. Pantai ini cukup terkenal dengan keindahan sunset disertai siluet bakau yang cukup unik. Pantainya berpasir putih bersih dan terdapat beberapa pohon bakau ditengah pantai yang akan terlihat bila air surut. Pohon Bakau tersebut berbentuk cukup unik dan cantik yang sering disebut “The Dancing Tree Walakiri” atau “The Lonely Tree Walakiri”. Bila ingin mengabadikan momen sunset disertai siluet bakau yang indah, pergilah saat sebelum sunset dan pastikan air laut sedang surut. Pengunjung bisa berjalan jauh hingga ke tengah pantai menikmati sunset dari berbagai sudut. Jangan terlalu bersemangat saat ternyata air laut sedang pasang, karena tidak akan ada satupun bakau yang terlihat nantinya hahaha. Tapi meskipun air sedang pasang, pemandangannya juga tetap indah kok. Walakiri is everybody’s favorite karena lokasinya cukup dekat dengan pusat kota dan pantainya juga sangat bersih, tertata baik dan yang terpenting, Sunsetnya Bagusssss!

Beberapa oleh-oleh foto setiap kali main ke Walakiri :


Golden Skies


Sunset Show Time


 The Lonely Tree Walakiri


Photogenic by the Sunset


Mandatory Sillhouette Shoot


Dancing Tree Walakiri


Every Spots are so Instagramable! Haha


Waiting for the sunset to arrive


hello the dusk sky!


who's painting the sky?


Before Parting and Saying Goodbye


 Golden Hour
/
Alone but not lonely


2. Bukit Wairinding
Siapa yang belum pernah mendengar bukit ini? Sepertinya hypenya Sumba ga bakal bisa terlepas dari Bukit yang super famous ini. Bukit yang terletak di desa Pambotan Jara ini terkenal sebagai permadani sumba karena panorama hamparan bukit yang berkontur cukup indah dan unik. Bukit ini merupakan salah satu spot wajib yang didatangi turis, tak heran bila setiap harinya akan selalu banyak pengunjung yang datang dan berebut selfie berlatar bukit bersama “Primadona” kuda cantik yang sudah jadi icon Wairinding. Bukit ini terletak sekitar 25 kilometer dari pusat kota Waingapu dengan akses jalan yang sangat bagus dan dekat dari jalan utama Trans Sumba.

There you are!


More than a magic "carpet"


and he is all yellow...



3. Bukit Tenau atau Bukit Seribu
For me this one is wayyyy prettier than Wairinding. Kalau Wairinding cukup terkenal, yang ini juga ga kalah bagusnya. Tenau menyajikan pemandangan bukit-bukit kecil yang bersusun lebih banyak dibanding Wairinding sehingga kontur bukitnya terlihat lebih real dan eksotis :D. Oya, bukit tenau juga cukup dekat dengan pusat kota Waingapu, dapat dijangkau dengan sepeda motor sekitar 20 menit.



look at the contour!
4. Savana di Sekitar Kawangu
My favorite view yang akan sering dilihat sepanjang jalan Trans Sumba arah timur. Pemandangannya hanya berupa padang savana luas tapi saat sunset tiba dalam sekejap viewnya berubah menjadi magical hahaha ga percaya? main ke Sumba. Keindahan padang semakin bertambah dengan banyaknya kuda-kuda yang bermain di tengah padang. Oya saat musim hujan, pemandangan padang hijau akan tampak sangat segar dan ga kalah dengan view Engelberg di Swiss atau viewnya Green Hills di New Zealand *sok tau*

can't help but smiling to see the sun so on point that day






evergreen




5. Purukambera
Daerah ini cukup dikenal dengan view savana dan pantainya yang superrrrr cantik. Purukambera dapat ditempuh sekitar 1 jam dari pusat kota Waingapu dengan jalanan cukup mulus plus view yang super bagus. Sebelum tiba di Pantai Purukambera, kita akan lebih dahulu disapa pemandangan savana super luas yang dipenuhi pohon-pohon kecil bersusun indah. I called this place “Afrikanya Sumba” karena view savananya betul-betul real dan cantik.  Pantai Purukambera buatku adalah yang terindah sejauh ini di Sumba (masih banyak pantai di Sumba yang katanya lebih indah dibanding ini tapi mon maap ku belum sempat lihat hahaha). Warna gradasi air laut di Purukambera ga pernah gagal bikin happy plus mengundang keinginan untuk berenang hahaha


 di persimpangan



berenang yuk! 



nungguin sunset di tengah savana






sebelum matahari tenggelam




6. Air Terjun Tanggedu
Here comes the Grande! The magnificent Tanggedu Waterfall. The most Savage place to go in East Sumba. Cantiknya kelewatan. Kalau aja perjalanan ke Tanggedu itu dekat dan mulus mungkin tiap minggu aku pasti kesini. Sadly akses jalan ke Tanggedu masih sangat mengenaskan. Terletak cukup jauh dari pusat kota, sekitar 2-2,5 jam perjalanan dengan sepeda motor sebelum tiba ke jalur tracking. Akses jalan yang masih sangat buruk, berbatu dan super terjal menemani perjalanan menuju Tanggedu. Sesampainya di jalur tracking penderitaan belum selesai karena jalanan yang akan ditempuh benar-benar terjal dan ekstrem. Kalau main ke Tanggedu harus rela sabar sambil ikhlas dapat bonus lecet-lecet di kaki. Tapi saat sampai di Air Terjunnya semua kesal dan capek rasanya "sembunyi" sejenak hahaha Waktu nyampe langsung kagum dan bingung melihat indah dan uniknya air terjun di tengah tempat yang super terisolir.

pretty surreal


"every teardrop is a waterfall"  said Coldplay.


jump, anyone?


segerrrrrr


pemandangan menuju tanggedu


Ngelewatin sawah


Musim kering sudah tiba


siap-siap, bidadari mau turun


Afrika?


Another corner of Tanggedu


uber happy!


Ada banyak spot air terjun bertingkat di setiap sudutnya, tinggal pilih mau berpose di sisi mana dan jangan lupa berenang di tengah air terjun. Definitely Heaven guys! Dinginnnnnn, bersih, plus arus air terjunnya super deras. (Buat yang ga bisa berenang cukup ikhlaskan diri duduk foto-foto aja karena sangat beresiko bila ikut berenang di arus yang cukup deras)

7. Pantai Tarimbang

Pantai luas berpasir putih super bersih ini terletak di desa Tarimbang, kecamatan Tabundung. Berada di selatan Sumba dan butuh waktu tempuh sekitar 2,5 jam dari kota Waingapu untuk tiba di Pantai ini. Pantainya benar-benar masih natural, sepi, dan sangat bersih. Tarimbang cukup terkenal di kalangan turis mancanegara karena ombaknya yang cukup tinggi, salah satu spot surfing favorit di Sumba.


Blue


 can i just stay here for forever?

a kind of blue that won't make you sad


see you another day, Tarimbang!

8. Random Places Around East Sumba

Dekat Pelabuhan Kota Waingapu


Pantai Londa Lima


Peternakan Kambing di sekitar Hutan Cemara Laipori


Mata air Mbatakapidu


 Bukit di desa Kambata

Mendaki gunung lewati lembah

Sumba 101
  • How to call people : Panggil Umbu untuk laki-laki suku Sumba, Panggil Rambu untuk perempuan suku Sumba.
  • Susah Sinyal : Jangan tanyakan mengapa karena sinyal disini GSM “Geser Sedikit Mati” sinyal telepon dan internet di pusat kota saja suka ga stabil apalagi di berbagai tempat wisata yang udah pasti ngga ada sinyal. Jadi liburan ke Sumba automatically sekalian detox Social Media, jangan coba-coba nyambi kerja dari tempat wisata ya gaes, mustahil hahaha
  • Kebanyakan tempat wisata tidak dilengkapi dengan penujuk jalan atau papan informasi yang jelas, jadi pastikan untuk bertanya ke warga lokal supaya nggak tersesat.
  • Akses Jalan Susah : dibanding Flores, jalanan di Sumba jauh lebih parah dan ekstrem terutama ke tempat-tempat wisata. Kebanyakan jalan cukup sempit dan hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.
  • Malaria endemic : Sumba merupakan kantong malaria jadi sebisa mungkin persiapan preventif sebelum ke Sumba
  • Bandara : Terdapat 2 bandara di Pulau Sumba : Bandara Umbu Mehang Kunda di Mauhau, Sumba Timur (sekitar 15 menit dari pusat kota Waingapu) dan Bandara Tambolaka di Sumba Barat. Belum ada penerbangan direct dari jakarta, hanya ada penerbangan direct dari Kupang dan Denpasar setiap harinya.
  • Cuaca : mostly panas (super panas sampai berkuah guys! jadi jangan lupa siapkan topi/payung/ultra sunblock kalau mau main ke Sumba) 
  • Susah cari kendaraan umum : Ga seperti Flores atau Kupang yang banyak bemo/angkot/oto, di Sumba sangatlah langka menemukan angkot di pusat kota, yang ada hanya ojek umbu-umbu (jauh dekat goceng hahaha)
  • There is no fancy life in Sumba : Semua wisatanya benar-benar alami, natural, non sintetis hahaha jadi jangan bayangkan liburan fancy kaya di Bali. Big No! ngga ada tempat makan yang proper, jadi kalau mau main ke tempat wisata jangan lupa untuk selalu bawa bekal sendiri daripada sepanjang hari kelaparan di tempat yang isolated.

So that's it, a glimpse of Sumba based on my story. Semoga akan lebih banyak tempat dan momen yang bisa kubagikan nantinya selama di Sumba. Mari su, visit Sumba! :)



note : all of the pictures were taken by my old DSLR + Phone Camera, otherwise will be stated right from the source. 

If you have any questions or words to say, simply drop the comment or reach me by mail. Have a nice day!

cheers,
penydamanik!

Comments

Popular posts from this blog

Symphony Of the Tiny Cloud

my last high school day :_(

collecting the expressions