2019 : Tale of God's Goodness & Faithfulness

"There were some nights that felt like they would last forever but You kept me breathing, You were with me right then. And all that You have done for me, I could never hold it in, so here’s to me telling this story over and over again. The mountain where I climbed, the valley where i fell, you were there all along, that’s the story i’ll tell. You brought the pieces together made me this storyteller. Now i know it is well, it is well”

Sepenggal lirik lagu Morgan Harper Nichols “storyteller” yang juga merupakan salah satu lagu terfavorit yang selalu bisa jadi pengingat untuk mengucap syukur karena kesetiaan Tuhan.



Sepertinya baru saja mengawali hari pertama tahun 2019 dengan menikmati hujan deras seharian di Bogor. Tak terasa tahun ini kuakhiri di sudut UGD RS di Sumba. 
Hai tahun yang penuh dengan perjalanan panjang penuh kesetiaan Tuhan di tiap waktu. Tahun yang mengajarkanku untuk terus belajar percaya, belajar mengontrol kecemasan dan semakin bergantung sepenuhnya pada Dia yang tak pernah meninggalkanku sendirian.

Kalau spotify punya edisi wrapped di akhir tahun, aku pun tampaknya mau flashback dan melihat sejenak ke belakang bagaimana perjalanan dan menceritakan kebaikan Tuhan sepanjang tahun 2019. Postingan ini berisi beberapa tulisan dalam jurnalku sepanjang tahun 2019, Kalau kalau tulisanku terlalu panjang, boleh di skip ya gaes. Hehehe

Januari 2019

“God holds your future, nothing is out of His hand. Seek Him, depend on Him! Give your best in each thing, learn from your fault, be grateful all the time” (1 Januari 2019)

Bulan penuh semangat dan sukacita, mengawali tahun sambil tak sabar membayangkan petualangan yang akan segera kumulai di bulan Februari. Sebelum pergi jauh berkelana, Tuhan izinkan aku menghabiskan 2 minggu full bersama keluarga menikmati berkat Tuhan bersama-sama lewat perjalanan panjang ke tempat-tempat yang selama ini hanya bisa kulihat di tv atau kubayangkan dari buku yang kubaca.





Februari 2019

“Sebab Tuhan menyelidiki segala hati & mengerti segala niat dan cita-cita” 1 Tawarikh 28 : 9B (10 februari 2019)



All was up and i was ready to set off. Memberanikan diri bertualang kembali ke Timur untuk sebuah keputusan yang akhirnya kupilih. Disaat teman-temanku berlomba settle down di RS kota besar atau banyak yang sudah bergegas sekolah lagi, aku memilih pergi jauh untuk hal yang awalnya mungkin terdengar klise tapi setelah kujalani aku bersyukur kalau ternyata rencana Tuhan selalu baik. 7 Februari 2019, jam 03.30 berangkat ke bandara sendirian, transit sejam di Bali sambil dipenuhi “kecemasan” tentang bagaimana PTT di Sumba. Jam 11.40 tiba di Waingapu disambut hujan deras sederas derasnya, sampai di rumah dinas rasanya mellow, sepi, i felt like landing in a super strangest place, hahaha. 8 Februari 2019, hari pertama bekerja, Canggung! tapi puji Tuhan disambut senyum-senyum tulus di RS, masih “cemas” dan berusaha chill beradaptasi hahaha. But thank God, seperti tempat-tempat lain di NTT, keramahan dan kehangatan orang-orangnya selalu sama. Ga butuh waktu lama untuk bisa bergaul dekat dengan seluruh staff RS. RS tempatku PTT adalah RS paling kecil di Sumba Timur, staf yang relatif sedikit membuat semuanya saling mengenal dan terasa seperti keluarga.

Maret 2019

“when you try your best but you don’t succeed” (26 Maret 2019)

and so the journey was begun. 1 Maret 2019 hari pertama resmi menghandle pasien sendiri, menjadi dokter penanggung jawab pasien. Bekerja di RS tipe D yang terbatas dalam banyak hal membuat awal-awal bekerja rasanya dipenuhi banyak kecemasan. Terutama di tiap pasien gawat yang datang ke UGD atau pasien yang mengalami perburukan dalam masa perawatan. 

Setahun di Ende sebenarnya cukup banyak membentukku menjadi pribadi yang lebih tenang dan tidak panikan. Kalau dulu di Ende jaga UGD berdua dengan teman yang lain, tapi sejak PTT harus siap jaga sendiri menghandle seluruh RS (UGD dan Bangsal Rawat Inap). Awal jaga malam perdana di Sumba tentunya dipenuhi kecemasan, can i survive the night? can i handle all the patient? can i ease their pain? etc. Tapi seperti kata pepatah “all this too shall pass” ternyata semua bisa karena terbiasa. 

Maret berjalan cepat hingga di minggu terakhir bulan maret untuk pertama kalinya sebagai DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) aku dihadapkan dalam kondisi dimana pasienku sangat kritis dan tak banyak yang bisa kulakukan. Kalau mengingat kejadian itu rasanya pahit, untuk pertama kalinya aku merasa stress yang betul-betul menghantui, masih ingat betul gimana kecemasan benar-benar menguasai, ga bisa tidur, terbangun tengah malam, panik tiap ada telfon dari perawat karena yang terbayang kalau sewaktu-waktu pasienku meninggal. Rasanya satu malam berjalan sangat lambat melihat tak juga pasienku mengalami perbaikan kondisi bahkan memburuk dalam semua terapi yang sudah kuperjuangkan. 




I was lost with my anxieties back then, it was so hard to rely on your faith while you couldn’t clearly see the good posibilities. Yang teringat hanyalah wajah keluarga pasien yang menangis dan berdoa siang malam. By the end of March 2019 i was again reminded, Tidak semua berjalan seperti apa yang kau mau, ada hal yang diperkenankan terjadi demi membentukmu menjadi lebih kuat, jauh lebih kuat dari yang kau bayangkan. I learnt a lot from that moment. A LOT.

April 2019

“Know that you’re not alone, He is with you, He loves you. Know that you’re not a failure in His sight. Do not be afraid!” (20 April 2019)

April was my breakthrough month, when i was aware of being consumed by my anxieties and i knew that was not okay to be controlled by it. Dulu waktu belajar psikiatri tentang gangguan cemas, aku merasa kecemasan itu hal sederhana yang rasanya agak aneh bisa sampai bikin penyakit atau membuat depresi. Ternyata setelah mengalami secara langsung aku sadar kalau kecemasan itu benar-benar bisa mengganggu semuanya. Sulit menggambarkan detailnya tapi yang jelas mempengaruhi kesehatan mental. 

Maret hingga April 2019 banyak kejadian yang betul-betul mengingatkanku untuk berserah penuh (I'll share more stories of this in a future post). Sometimes (yes many times) my faith was shaking by my anxieties. I asked God to help but it’s hard to surrender because i still only look up to the problems in front of me, i only looked up to my capabilities and forget that I have God who surpass all my weakness and those impossibilities. I want to believe but sometimes couldn’t put my trust fully. 





Puji Tuhan masih dikasih reminder untuk terus belajar percaya dan ga terfokus pada masalah di depan mata. Rasanya pengalaman bekerja dengan kesulitan dan tantangan yang kuhadapi sekarang mungkin baru secuil dari banyaknya masalah yang mungkin akan terjadi di waktu-waktu mendatang. Bersyukur buat kesetiaan Tuhan yang selalu ada, bahkan dalam tekanan sekalipun masih banyak celah yang jadi pengingat kalau ngga pernah sendirian dalam kesulitan. Selalu ada jalan keluar dan semuanya diperkenankan terjadi untuk mendewasakan iman (level up)

Mei 2019

“King David chose to run to his God instead of running from his heartache, remember that the God of all comfort is able to carry you through your darkest moments & deepest fears” (18 Mei 2019)




Yes I’ve already experienced it and will always see His faithfulness anytime. It didn’t take too much time to escape from the anxiety, I hold the promises, i learn to trust everyday, i learn more and more about the heart of my Creator. Bersyukur kalau Tuhan menjaga hatiku untuk ga tenggelam dalam kecemasan dan kekecewaan. During that breakthru i know that mental health is not an issue, it’s really a big matter.

Juni 2019

“all things work together for my good. All things from the sweetest to the most severe, bitter, and painful will work together for good. God meant it, purpose it, design it for good. He purposes your misery” (30 Januari 2019)



Pertengahan tahun tiba dan kembali diingatkan dalam semua yang terjadi Tuhan perkenankan untuk mendatangkan kebaikan. Ga ada yang smooth, perjalanan panjang berliku tak masalah selama berjalan bersama Tuhan.

Juli 2019

“Apart from God, I have no good thing” (20 Juli 2019)

Bertambah bulan, bertambah pengalaman, bukan cuma belajar beragam kasus penyakit pasien, tapi juga belajar kebudayaan baru dan tersadar lagi kalau di Sumba ada banyak problem sosial yang cukup miris disaksikan. Ga pernah sedikitpun terpikir kalau akhirnya akan sering dihadapkan pada kasus pelecehan seksual pada wanita beragam umur di Pulau ini. Waktu dulu dengar provinsi NTT, ga pernah menyangka kalau kasus pelecehan anak ternyata masih sangat banyak. Dulu saat setahun bekerja di Flores, sama sekali ga pernah dapat permintaan visum pelecehan seksual.Ternyata beda cerita dengan Sumba, ingat betul di hari-hari awal memulai PTT di tempat ini, dalam seminggu jaga ada 2-3 permintaan visum pemerkosaan, persetubuhan, dsb. 

Momen yang paling menghancurkan perasaan itu tiap kali menanyai dan memeriksa korban. Saat anak-anak tersebut mencoba merangkai kata menceritakan kejadiannya, sambil menangis, sambil terbata-bata, bahkan banyak yang diam tak menjawab sepatah katapun. Awalnya ga tega untuk melakukan pemeriksaan ginekologis (pemeriksaan fisik pada alat kemaluan) karena semua orang pasti merasa tidak nyaman dan saat itu dihadapkan pada anak-anak yang polos dengan beragam ekspresi, ada yang diam, bingung, dan kebanyakan dengan wajah takut. Sulit menenangkan mereka, sulit menjelaskan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan pada anak kecil, mereka sudah cukup trauma dengan pelecehan yang dialami dan mungkin traumanya akan bertambah saat tau ada orang lain (dokter, perawat) yang ibaratnya “ikutan tau” dan bahkan memeriksa kemaluannya. Sulit. Tapi Harus. Banyak anak yang akan tampak ketakutan, menangis kesakitan, dsb.

Tiap kisah yang ditemukan di UGD pasti berujung pada curhat dan wacana-wacana tengah malam di rumah, hingga akhirnya aku dan teman-teman bisa menyimpulkan kalau permasalahan di tempat ini sangat kompleks tapi berdasar pada satu permasalahan yaitu tentang ketidaktauan perempuan akan berharganya diri. Saat itu yang terpikir hanyalah “seandainya mereka tau kalau diri mereka berharga, seandainya ada yang mengingatkan kalau diri mereka istimewa” Akhirnya wacana-wacana penuh kekesalan tersebut kami beranikan untuk diubah jadi aksi sederhana yang sesungguhnya sulit mau dimulai dari mana mengingat rumitnya permasalahan sosial di pulau ini. Tapi seperti kata jargon  “Mulai Aja Dulu” karena yang penting itu cuma niat. Dan benar guys, ketika ada niat, ternyata ada aja jalannya untuk mulai beraksi dan memulai misi. Akhirnya di bulan Juli, di suatu siang penuh makna di tengah hutan cemara Laipori, aku dan 3 sahabat memberanikan diri melahirkan project kecil yang kami namai “Kawan DoReMi” (Kawan Dorong Mereka Bermimpi). 









We don’t expect all the grande, sesederhana saat tiap anak tau bahwa dirinya berharga, saat bisa mengajarkan tentang menghargai, mengasihi, dan melindungi diri sendiri. Keyakinan kami, ketika tiap anak sudah tau bahwa dirinya berharga, secara lebih mudah mereka juga akan belajar menghargai dan tidak menyakiti orang lain yang juga sama berharga dan istimewanya. Dan ketika mereka tau kalau tiap orang berharga dan istimewa, tidak mustahil meyakinkan mereka untuk mengisi hidup dengan berbagai hal positif, mengajak mereka merakit dan berjuang mewujudkan apapun mimpi mereka.

Agustus 2019

“many people who are considered successful still lack peace, joy and contentment. People who are self sufficient often think that depending on God is a sign of weakness. But the truth is by drawing near to your creator you can accomplish more. Depend on Him! your worst day with God will always be better than your best day without Him” (15 Agustus 2019)

Bulan agustus diisi dengan beragam hal dan tanggung jawab diluar pasien. Ya, PTT membentukmu dan “memaksa” untuk serba bisa. Mau ga mau, suka ga suka harus bisa merangkap jadi apapun hahaha. Capek? pasti. Malas? manusiawi. Tapi harus, gimana dong? haha ya puji Tuhan lagi ada aja alasan untuk ga stuck malas-malasan. Thank God for my inner circle here in Sumba, ketemu rekan kerja yang setrong dan semangat. You know that your joy and spirit are contagious. Semangat dan sukacita itu menular guys. Apapun akan terasa berat saat dikerjakan dengan bersungut-sungut. Mengerjakan semua hal yang kau senangi tentu ga akan jadi beban, tapi apa iya kau hanya akan dihadapkan dengan hal hal yang menyenangkan? tentu tidak fergusso. 




Banyak hal yang mungkin ga pernah kau handle sebelumnya, yang mungkin sangat kau hindari lantas harus kau kerjakan dengan baik. PTT di perifer lagi-lagi melatih kemampuan menjadi amoeba dan membelah diri hahaha selain jadi dokter umum menangani beragam kasus yang aneh/sulit/bingung, juga harus merangkap jadi panitia event RS, bikin seminar dan workshop, masih belum banyak pengalaman tapi harus jadi penanggung jawab unit RS, jadi koordinator pokja akreditasi (yg awalnya aku berpikir, akreditasi, what the hell is it? wkwkwk), dan banyak ragam sub bagian amoeba lainnya. Dari sinipun aku belajar bahwa pekerjaan yang paling tidak kau suka pun akan bisa selesai dengan baik ketika dikerjakan dengan sukacita. ingat, Sukacita itu pilihan!

September 2019

”Selamat ulangtahun, Peny! Tiada yang lebih indah selain terus mencoba menghitung kebaikan Tuhan yang pasti akan membuatmu bersyukur karena terlalu banyak, dan tak akan bisa kau hitung besar setiaNya bagi hidupmu” (25 September 2019)



It’s my 26th birthday and i celebrated it far away from my family. It’s okay, cause God gave me a family here in Sumba. Dapat kado bertemu sakura sumba di bulan ulangtahunku :)



During September, i chose “Obedience” as my morning devotional theme. Learning about how Obedience changed the life of Moses and how he brought the Israelites thru the wilderness yet never God left him alone. 

Recapping my september reading with this sentence “Obedience first, anything will follow”


Oktober 2019

Hurt? Protect Yourself
There’s a saying “everyone loves you until you lead” (20 Oktober 2019)

Things i learnt during October :
1. Hurting people hurt other people : If you don’t transform your pain, you will transmit it to those around you. Toxic people will intoxicate others
2. Conviction is not comfortable : For some people, instead of responding to conviction with action, they respond by lashing out at others, blaming others. Projection as always
3. Personal opinions & expectation of hurting people easily spill over into criticism : people often convey things in a hurtful, critical way, and not even realizing how much those comments can hurt our hearts. Belajar untuk bisa mengkritik orang lain tanpa pernah melecehkan, Memuji dengan tidak merendahkan yang lain. Your words are your weapon and you are the master of your words.

November 2019

“Choose not to faint, keep your hands to the plow & produce what God has given you to do. Work your own vineyard, work your assignment, work as unto the Lord. Serve Him, let the diligent work of your hands be offered up as a sweet smelling savor to God because you know, the reward comes from God” (27 November 2019)

In the midst of difficulties, too much stuff to do, everyone tends to be weary and worn out. Same goes here, October-November was the super hectic months, too much to do, too much to handle, too much to prep, too much to teach, etc. Lack of sleep, handling the patients yet in the same time have to make all the documents and decisions. Tapi Secapek-capeknya kerja, kalau jenuh ya istirahat. Kalau bosan ya cari hiburan (yang sejujurnya susah ditemukan di Sumba hahaha) but at least manage your own joy! mungkin Sumba ga punya bioskop, ga punya mall (supermarket aja masih manual) tapi puji Tuhan punya bukit dan pantai yang super bagus, dan escaping paling ekspres saat jenuh ya main ke Pantai. Puji Tuhan di penghujung tahun, di sela-sela banyaknya tuntutan pekerjaan, masih dikasih kesempatan melarikan diri dan berpetualang ke berbagai tempat yang indah di Sumba. hehehe Thank God i survived November tho with a darker eye bag and some hormonal acne hahaha






Desember 2019

Hai, bulan ke-12, waktu tidak selalu terasa cepat berlalu, ada masa dimana rasanya sangat jenuh dan hari-hari terasa lama berganti, tapi ada juga masa dimana semua terasa cepat termasuk Desember yang entah kenapa rasanya selalu lebih cepat berakhir. Natal ketiga jauh dari rumah, rindu? tentu. sedih? pasti. Tapi puji Tuhan di tempat nun jauh ini pun Tuhan kasih keluarga baru untuk tetap bisa merayakan sukacita natal bersama. Suasana natal di Sumba jauhhhhh lebih sepi dibanding natal di Ende, but that’s okay. gapapa. sukacitanya harus tetap sama :)

Oya there were so many things happened during December, some might say a bad day, a bad luck, tapi buatku ada beberapa hal menarik yang bisa kusimpulkan tentang pengalaman yang mengajarkan banyak hal. Belajar memperbesar hati untuk memaafkan dan menerima judgment orang lain. Kadang ketika dihadapkan dengan sentimental judgement rasanya pengen menjelaskan dan membela diri tapi terkadang sesungguhnya hal itu tak begitu perlu. Cukup (sedikit) bangga karena ternyata kini aku jauh lebih kebal alias lebih bisa “bodo amat”. Dulu mungkin emosiku akan membubung dan rasanya ingin menjelaskan ke semua orang tentang yang sebenarnya. Kalo sekarang sih mending diam aja, ketika kau punya sukacita dan damai sejahtera di hatimu, kau tak perlu goyah hanya karena judgement dan ketidakadilan dari orang lain. I won’t let anyone steal my joy because i know who i am. 





Ada hal yang diperkenankan terjadi agar mengerti rasanya sakit hati, tau rasanya diberlakukan tidak adil oleh orang lain. Tau menjadi manusia seperti apa harusnya aku di masa depan nanti. Belajar sabar dan tetap bersukacita memberi yang terbaik dalam setiap kesempatan yang Tuhan percayakan. Ya walau kadang masih suka mengeluh (namanya juga manusia yakan) tapi balik lagi kaya di awal, sukacita itu pilihan :) Belajar bertahan dalam kesukaran, terus belajar percaya kalau Tuhan setia. Belajar menjadi tangguh, kebal, dan semangatnya tidak mudah dipatahkan oleh orang lain (shaping a heart of steel hahaha). 

Dan yang terpenting belajar dan sadar bahwa hidup itu hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, sampai kapanpun mustahil dan jangan pernah berusaha untuk menyenangkan hati semua orang. You’re not a scoop of ice cream. Even somebody out there might not like ice cream tho. Kalau kata bukunya Mark Manson, tiap orang harus bisa subtle dan bodo amat sama situasi yang ga menambah value di hidup hehehe.

Selalu akan ingat ayat alkitab yang jadi penyemangat kapanpun dimanapun “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan” Kalau lah semuanya berujung pada hal yang baik maka harusnya bisa tetap sukacita dan semangat menjalani tiap prosesnya. Sulit? pasti. Bisa? pasti. Karena Dia yang akan memampukan.

Bagaimana dengan cerita 2019 mu? pasti juga banyak kebaikan Tuhan yang menyertai di sepanjang tahun kan? Despite all the sadness, problems and all burdens during a year, Go and tell God's goodness to anyone. Sparks your joy 😊




To a year that has given me so much lesson, thankyou! I passed on a year of wandering through places and moments. Also a year of dealing with anxiety and learning to trust. I learned that sometimes fears can feed my worries but as long as i am able to endure and to surrender, it’s getting easier to trust that “He works all things together for my good”. Be still, from the sweetest to the most severe, bitter, and painful things will work together for my good. So here it comes! To delight and depend more on Him, to more of His favor, to more of moments that will always remind me that this life is fleeting and only by His grace.

To the one who is so faithful, the creator that gives me another year to cherish, thankYOU! He’s been too good.

Cheers for a happy new year!
penydamanik



Comments

Popular posts from this blog

Symphony Of the Tiny Cloud

my last high school day :_(

collecting the expressions