To The West, We Go! Jalan-Jalan Virtual ke Sumba Barat
Hai! Apa Kabar? Kalau hari ini
masih diberi kesempatan untuk bangun pagi di kamar sendiri, masih bisa menikmati
makan siang dengan santai, masih bisa saling bertukar kabar dengan orang
tersayang, jangan lupa mengucap syukur ya.
Iya, bersyukur di masa-masa sulit
seperti ini rasanya jauh lebih berat. Banyak hal di musim ini terasa lebih
mudah untuk dicemaskan, rasanya tiap hari ada aja berita sedih dari seluruh
belahan bumi berkaitan dengan pandemi COVID-19. Ada yang bosan harus work from
home tapi banyak juga yang cemas karena harus keluar rumah dan tetap bekerja
dengan banyak risiko. Pun demikian denganku, walaupun
hingga saat ini provinsi tempatku bekerja belum ada kasus positif covid-19 tapi tiap hari angka
ODP dan PDP di NTT semakin meningkat. Sudah sebulan menjalani hari-hari jaga
UGD dengan APD (alat pelindung diri) yang panas dan sangat tidak
nyaman. Sebulan terakhir berinteraksi dengan rekan kerja kebanyakan hanya dari
mata ke mata karena cuma mata yang masih kelihatan dan ga ketutup APD wkwkwk. Rasanya sungguh tak sabar menanti hari-hari bisa bekerja bebas tanpa harus pakai masker, bisa
bercengkrama berkumpul tanpa harus menjaga jarak.
3 bulan di tahun 2020 ini rasanya
berjalan lambat sekali karena semua hal tak pernah lepas dari yang namanya
Corona. Di RS bekerja dengan risiko corona, di grup WA bahasannya juga tentang
corona, di social media juga ga jauh-jauh dari corona. Jenuh juga ternyata,
rasanya pengen escaping ke pantai atau ke bukit tapi sayangnya ga memungkinkan.
Hari ini adalah day off buatku, kalau yang lain sudah bosan di rumah, bagiku
day off sehabis jaga malam adalah sebuah kemewahan yang harus dihabiskan dengan
bijak karena besok akan kembali bekerja dan bertemu kuman-kuman lagi hehehe (demikianlah sedikit bacotan update kehidupan 3 bulan terakhir hahaha)
Sementara belum bisa jalan-jalan
dan harus di rumah aja, hari ini aku mau mengajak kalian jalan-jalan virtual bersama
tulisanku 😁Niat menulis hari ini muncul setelah scrolling galeri HP melihat foto-foto pantai dan langsung berharap agar musim pandemi cepat berlalu biar bisa berpetualang lagi. This is a throwback stories dari perjalanan explore Sumba beberapa bulan lalu. Kalau di
postingan sebelumnya aku sudah pernah menulis cerita tentang jalan-jalan di
Sumba Timur (buat yang belum pernah baca silahkan baca disini). Hari ini kita akan menjelajah ke sisi barat pulau Sumba. Yes, to
the west we go!
Pulau Sumba terdiri dari 4
kabupaten, yaitu Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.
Kalau Sumba Timur terkenal dengan savana, bukit, dan tenunnya, daerah Barat
Sumba terkenal dengan pantai-pantai yang eksotis dan desa adatnya. Waikabubak
merupakan ibukota kabupaten Sumba Barat, sedangkan Tambolaka adalah ibukota
kabupaten Sumba Barat Daya. Waktu tempuh dari Waingapu (ibukota kabupaten Sumba
Timur) ke Waikabubak sekitar 3-4 jam, dan waktu tempuh dari Waikabubak ke Tambolaka
sekitar 1 jam.
Apa saja wisata yang harus
dikunjungi saat jalan-jalan ke sisi barat Sumba? Here we go, kita mulai dari
Sumba Barat Daya :
1. Danau Weekuri / Weekuri Lagoon
(ada hati! ehhhh 😃)
Si cantik weekuri ini terletak di
desa Kalena Rongo, kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, sekitar 45
km dari kota Tambolaka. Danau air asin ini dikelilingi oleh batu karang yang langsung
berbatasan dengan laut. Air bergradasi cantik dan tenang di weekuri ga akan
gagal membuat pengunjung ingin langsung berenang atau sekedar floating-floating
cantik hahaha
(tak tahan ingin nyemplung)
(jangan lupa naik ke atas karang weekuri ya!)
2. Pantai Mandorak
(the prettiest beach in Sumba)
For me, this is the prettiest
beach in Sumba. Cantiknya kebangetan! Kalau aja pantai ini lokasinya dekat
mungkin akan bolak balik tiap minggu kesini hahaha. Literally pretty 😍. Pantai
yang diapit 2 karang besar ini merupakan tempat yang ga boleh terlewatkan.
Pasir putih bersih berkilau dengan ombak pantai yang besar membuat pengunjung
ga akan ingin pulang hehehe. Mandorak terlihat sangat sexy dan super photogenic
dari berbagai sisi.
Oya, Pantai ini terletak cukup dekat dengan Danau Weekuri
(sekitar 5 menit saja) jadi kalau mau foto-foto cantik, lebih baik ke Mandorak
lebih dulu lalu ke weekuri supaya rambut masih on ga kena basah karena udah
kadung berenang di weekuri (tips yang cukup berfaedah kan? hahaha)
(can i stay here for forever? hahaha)
(look at the pink sand, the blue gradation beach. Oh so pretty!)
3. Pantai Bawana / Mbawana
Kalau ngomongin Bawana pasti yang
diingat adalah pantai dengan bolongan besar di tebingnya. It looks like a giant
gate to welcome any guest. Pantai ini juga salah satu spot instagramable yang
ga boleh terlewatkan. Bawana terletak di desa Panenggo Ede, Kecamatan Kodi,
Kabupaten Sumba Barat Daya (sekitar 1 jam dari Mandorak/Weekuri).
To be honest, akses ke Bawana
cukup sulit ditempuh karena jalanan menuju pantai terbilang sangat kecil dan
sepi. Berbeda dengan Mandorak atau Weekuri, saat tiba di lokasi kita ga akan
langsung ketemu pantainya, karena pantai tersembunyi di bawah tebing so that
means kita harus tracking dan nantinya turun dari bibir tebing hingga mencapai
pantai. Ga ada tangga atau pegangan apapun dan hanya ada jalur sempit untuk
dijalani. Pantai ini ga direkomendasikan untuk orangtua atau anak-anak karena
jalur turun dan naiknya sangat ekstrim.
(apakah kau melihat pantai ? dimana? 😅)
(bersama guide cilik yang jalannya super lincah ga takut kepeleset wkwkwk)
Sulitnya menempuh Bawana akan
terbayar saat sudah melihat pantai dan tebing besar yang indah. Ombak di Bawana
juga cukup besar dan hamparan pasir putih yang luas membuat pengunjung bisa
bebas berlarian, berenang, atau sekedar daydreaming di bawah tebing.
Fyi, saat tiba di lokasi, pengunjung
wajib didampingi oleh 1 warga lokal (biasanya anak atau remaja desa Kodi) ga
boleh nolak dengan alasan misalnya didampingi driver travel atau mau coba-coba
explore sendiri. Big NO! (Jangan coba-coba haha) Cukup ikuti guide yang sudah di
deal dari awal (biasa tarifnya 100.000)
4. Tanjung Mareha
Masih berada di desa yang sama
dengan Bawana (sekitar 15 menit dari Bawana), Tanjung Mareha seperti surga
tersembunyi karena tempatnya yang terpencil tapi pemandangannya luar biasa
bagussss. I called it Marvelous! more than a million dollar view (tsah) hahaha
Tanjung Mareha adalah tempat
terindah untuk memandang Samudera Hindia secara langsung dengan bonus bisa
melihat dari jauh Pantai Bawana di sisi kanan dan Pantai Watu Maladong di sisi
kiri tanjung. Soooo Beautiful! Sunset dan Sunrise di tempat ini katanya sangat
magical. Sadly, waktu kesini bukan di golden hour tapi tetap aja viewnya susah
diekspresikan dengan cerita. You have to witness it, come come! hahaha
(memandang pantai bawana dari tanjung mareha)
(Memandang Pantai Watu Maladong di sisi kiri Tanjung Mareha)
5. Desa Adat Ratenggaro
Sebuah desa adat yang terletak di
desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya (Sekitar 45
menit dari Tanjung Mareha) Desa ini masih sangat memegang tradisi turun-temurun
termasuk Kepercayaan “Marapu” masih banyak dianut. Tradisi pemujaan leluhur
sangat dipegang teguh. Rumah-rumah penduduk desa ini sangat khas dengan menara
atap yang menjulang tinggi sekitar 30 meter dan merupakan rumah adat dengan atap
tertinggi di seluruh Sumba (Rumah adat di seluruh sumba punya atap khas yang
tinggi, tapi ratenggaro memiliki atap tertinggi). Atap yang tinggi
menggambarkan status sosial juga sekaligus bentuk penghormatan terhadap arwah
leluhur.
(Ina / wanita yang sedang menenun kain Sumba)
Ada 4 buah rumah khusus yang
sangat disakralkan yaitu Uma Katoda Kataku (rumah yang menghadap ke utara), Uma
Kalama (menghadap ke selatan), Uma Katoda Kuri (menghadap ke barat), dan Uma
Katoda Amahu (menghadap ke timur). Pendiri kampung tinggal di Uma Katoda Kataku
menghadap ke utara sebagai pengingat bahwa leluhur mereka berasal dari Utara.
Di desa ini juga banyak terdapat kubur batu tua yang berasal dari zaman
megalitikum.
Berkunjung ke Ratenggaro tidak
hanya melihat desa adat saja tapi juga bisa melihat view pantai di belakang
desa. Pantai Ratenggaro masih sangat
alami dan berpasir putih, di sebelah pantai akan terlihat desa Wainyapu, desa
tetangga Ratenggaro yang juga punya rumah dengan menara atap yang tinggi.
Oya, biasanya banyak turis akan
berfoto dengan pakaian adat Sumba barat sambil menunggang kuda disini. Silahkan
deal-dealan harga dengan warga setempat. Sedikit tips untuk tidak menawar
berlebihan dan sepakat dengan ketentuan yang dibuat untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan.
5. Pantai Pero
Melihat sunset merupakan hal
wajib tak boleh dilewatkan saat ke Sumba. Pantai Pero merupakan salah satu spot
terbaik untuk menyaksikan sunset di Sumba Barat Daya. Pantai ini terletak di
desa Pero Batang, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya (sekitar 20 menit
dari Ratenggaro). Pantai Pero merupakan spot yang ramai dikunjungi warga lokal
di sore hari karena lokasinya dekat dengan pelabuhan kecil dan perkampungan
nelayan. Ombak dan karang yang besar jadi pelengkap landscape sunset disini.
Selain 5 lokasi di atas, ada
banyak pantai lagi yang wajib dikunjungi di Sumba Barat Daya seperti Pantai Kawona,
Pantai Mananga Aba, Pantai Kita, Pantai Oro, dsb akan tetapi jarak
masing-masing lokasi wisata lumayan berjauhan dan cukup memakan waktu.
That’s it for Southwest Sumba, now
we’ll take a look to West Sumba. Beberapa tempat yang wajib disinggahi saat ke
Sumba Barat :
1. Bendungan Waikelo Sawah
Di Sumba Barat ada 2 spot dengan
nama Waikelo Sawah, yaitu Waikelo Sawah di km 9 dan km 11 kota Waikabubak.
Waikelo Sawah KM 9 merupakan air terjun dari sebuah Gua di dekat bendungan
sedangkan Waikelo Sawah KM 11 merupakan air terjun di tengah hamparan sawah dan
dikelilingi pohon pohon besar.
Waikelo Sawah merupakan salah
satu sumber air di Sumba yang tidak pernah kering. Untuk mencapainya kita harus
berjalan kaki sekitar 20-30 menit menyusuri jalan setapak di tengah hamparan
sawah.
2. Desa Adat Praijing
Desa adat ini terletak di desa
Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat. Desa adat ini sangat mudah
dijangkau karen terletak cukup dekat dengan pusat kota Waikabubak. Terdapat
sekitar 38 rumah adat yang terdiri dari Uma Bokulu (rumah besar) dan Uma
Mbatangu (rumah menara). Semua rumah adat di desa Praijing disangga oleh 4
tiang penopang yang berada di tengah rumah. 2 tiang terletak dengan ruangan
perempuan untuk melakukan aktivitas dan 2 tiang laki-laki berdekatan dengan
tempat para bapak berdiskusi. Pembatas ini memiliki filosofi bahwa laki-laki
dan perempuan punya tugas berbeda dalam rumah tangga.
Disini kita bisa melihat
aktivitas sehari-hari warga seperti masak, bertenun, mengurus ternak, dsb.
(senyum sipit menahan panas 😁)
3. Pantai Kerewei
Pantai ini merupakan salah satu
pantai yang lokasinya cukup terpencil jauh dari pusat kota Waikabubak. Terletak
di desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat. Mungkin pantai
ini bukan merupakan pantai favorit tapi lokasinya cukup isolate, sepi tapi
merupakan tempat yang cocok buat chill dan daydreaming sore-sore hehe.
(tiduran di pasir sambil baca buku dan minum air kelapa. Life is good 😄)
Kalau ke Kerewei enaknya di sore
hari sambil minum air kelapa yang dipanjat langsung oleh anak-anak desa Kerewei. Oya pantai ini juga merupakan spot untuk berselancar di Sumba barat.
(endorser air kelapa Kerewei hahaha)
(sipping the goodness of life, so so good hehehe)
Kalau untuk pantai menurutku jauh
lebih bagus view pantai-pantai di Sumba Barat Daya (cmiiw) tapi menurut warga
lokal, di Sumba Barat juga banyak pantai yang bagus (pantai Rua, pantai
wanukaka, dsb) hanya saja lokasinya sangat jauh. Pernah dengar tentang Nihiwatu
resort? Yes, resort yang cukup mendunia itu terletak di Sumba Barat dan sudah
cukup tersohor, sayangnya pantai dan resortnya tidak bisa diakses bebas.
Special Notes before you go to
the west :
1. Semua spot-spot surga di Sumba
lokasinya cukup jauh dan akses menuju lokasi juga cukup sulit. Terkhusus untuk
Sumba barat, lokasi wisatanya jauh lebih terpencil dibanding Sumba Timur, jadi
pastikan pergi dengan guide/travel yang terpercaya, jangan coba bepergian
sendiri dan mengandalkan GPS. Monmaap, sinyal di pedalaman Sumba barat dan Sumba
barat daya jauhhh lebih sulit dibanding Sumba Timur.
2. Warga dan kehidupan lokal
Sumba Barat Daya masih sangat tradisional, terpencil dan memegang teguh prinsip
leluhur, jadi sebisa mungkin ikuti kebiasaan di daerah dan menghargai semua
aturan lokal yang sudah ditetapkan.
3. Tips untuk jalan-jalan di
lokasi wisata Sumba Barat Daya seperti Bawana, Mandorak, Ratenggaro, sebisa
mungkin jangan bawa banyak barang (terutama uang atau barang berharga) dan
usahakan membawa permen atau snack kecil yang bisa dibagikan karena di lokasi
tersebut biasanya banyak anak-anak yang akan meminta uang ke pengunjung yang
datang (so sad but true, children in Kodi, Southwest Sumba, are urgently need
some help and breakthrough, they were born in the circle of hard life with
super complex background of cultures)
Untuk mengalihkan suasana bisa
dengan membagikan permen atau makanan kecil sambil mengajak anak-anak disana
bercerita atau bernyanyi (trust me, it works!) We couldn’t do much, ga akan
bisa mengubah kebiasaan yang sudah mengakar but at least wherever you go, spark
the joy and try to softly educate others as possible as you can.
4. Sebaiknya pulang dari lokasi
terpencil di Sumba Barat Daya (Bawana, Mandorak, Weekuri) sebelum gelap supaya
bisa sampai di pusat kota dengan aman.
5. Buat traveller yang berencana
explore Sumba, kalau mau explore sisi barat Sumba lebih dulu sebaiknya pilih
penerbangan ke bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya, sedangkan buat yang mau
explore sisi Timur Sumba lebih dulu sebaiknya pilih penerbangan ke bandara Umbu
Mehang Kunda di Waingapu, Sumba Timur. Ada penerbangan direct setiap hari dari
Tambolaka-Kupang, Tambolaka-Denpasar, Waingapu-Kupang, Waingapu-Denpasar.
6. Cuaca di Sumba Barat relatif
lebih dingin (kalau malam) dibanding Sumba Timur tapi kalau siang-siang ya
tetap aja panas tapi jauhhhhh lebih panas berkuah di Sumba Timur hahaha jadi
jangan lupa pakai sunblock ultra dan bawa topi ya gaes.
7. Semua tempat wisata di Sumba
ngga ada yang fancy, ga ada jualan makanan, jadi kalau mau explore terutama di
Sumba Barat Daya usahakan sudah bawa bekal lebih dulu untuk dimakan di lokasi
wisata, jangan sampai jalan-jalan tapi kelaparan hahaha
Masih banyak tempat di Sumba yang
belum kueksplor, semoga musim pandemi cepat berlalu biar bisa main-main
berpetualang lagi, sebelum tahun depan PTT selesai dan harus meninggalkan Sumba
hehe. Sekian jalan-jalan kita hari ini, semoga sedikit menghibur work from home
kalian, biar di rumah tapi berasa lagi jalan-jalan di Sumba hahaha. Semangat
bekerja biar musim pandemi ini ga berasa dan begitu semuanya kembali normal
bisa segera jalan-jalan lagi dan tentunya Sumba harus masuk travel wishlist
kalian ya. Harus! do visit me here in Sumba, I’ll show you places you will
remember forever (asikkk) hahaha.
(bonus foto : sunrise super cantik di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru, Sumba Tengah
saat perjalanan subuh menuju Sumba Barat)
Have a good day!
Ingat ya, di Rumah Aja, physical distancing dan cuci tangan ga boleh lupa! 😀
Cheers,
Ingat ya, di Rumah Aja, physical distancing dan cuci tangan ga boleh lupa! 😀
Cheers,
penydamanik




























Comments
Post a Comment